Ingat Waktu

Ingat Waktu

Pages

Rabu, 10 September 2014

Ejekan Berbuah Hidayah

Seperti kisah ibnu Hajar Al-Asqalani, penulis Fatul Bari yang termashur itu, ketika suatu hari melintas dengan kereta mewahnya. Beliau dicegat oleh seorang Yahudi penjual minyak Ter. Penampilah keduanya bertolak belakang. Ibnu Hajar tampak anggun dan megah. Sementara si Yahudi penjual minyak Ter itu tampak dekil, compang-camping, berbau busuk, dan kumal. Dicegatnya Ibnu Hajar lalu ia bertanya.

“Nabimu mengatakan dunia adalah penjara bagi orang Mukmin dan Surganya orang Kafir, benarkah demikian?” ujarnya. “betul demikian sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diriwayatkan Imam Muslim”, sahut Ibnu Hajar tersenyum.

“kalau begitu akulah Mukmin dan kamulah Kafir!” hardik si Yahudi. “Oh”, sahut Ibnu Hajar sembari tersenyum lagi, “Mengapa bisa demikian Hai Ahli kitab yang malang?”.

Si Yahudi menjawab, “Coba lihat, Aku hidup dalam susah dan nestapa sebagai penjual minyak Ter, maka aku merasa terpenjara, maka aku Mukmin. Sementara kamu hidup mewah dan megah, maka kamu seperti disurga. Sesuai hadits tadi kamu adalah orang kafir”. Ibnu hajar mengangguk-ngangguk menyimak.

Setelah tersenyum lagi, beliau berkata, “sudikah jika aku jelaskan padamu makna yang benar dari hadits itu Duhai cucu Israil? Dunia adalah penjara bagi orang mukmin seperti diriku, sebab segala kemewahan yang ku nikmati sekarang, tak ada apa-apanya dibandingkan apa yang Alloh sediakan untuk kami di surga. Dalam kemewahan ini, kami menanti kemewahan yang jauh berlipat. Maka hakikatnya, dunia ini penjara bagi kami. Sementara kau, didunia memang payah dan menderita. Tetapi semua nestapa mu itu tiada artinya dibanding apa yang Alloh sediakan bagimu kelak di neraka. Duniamu yang menyiksa itu, sungguh adalah surga tempatmu masih bisa tersenyum, makan, minum. Menanti siksa kelak dineraka sejati”.

Yahudi si penjual minyak ter itu terngahngah. Lalu dengan mata berkaca-kaca, dia berkata lirih, “Asyahadu Allaa Ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah”.


Segera, tanpa memperdulikan pakaiannya yang mungkin terkotori, Ibnu Hajar memeluk si penjual minyak Ter yang kini telah berislam. “selamat datang! Selamat datang saudaraku! Selamat atas hidayah Alloh padamu, pujian Hanya milik-Nya!” ujar beliau, mereka pun berangkulan dengan Erat. Hari itu si penjual Minyak Ter dibawa Ibnu Hajar ke rumahnya dididik dan akhirnya menjadi salah seorang muridnya yang utama.

0 komentar:

Posting Komentar