Ingat Waktu

Ingat Waktu

Pages

Minggu, 19 Oktober 2014

Dalil seputar Musik

Tentang Musik dari para Ulama
- Umar bin Abdul Aziz rahimahullah
Beliau berkata kepada pengajar anaknya: "Hendaknya yang pertama mereka yakini dari adabmu adalah kebencian terhadap lagu, yang asal mulanya dari syetan dan akibatnya kemurkaan Ar Rahman, sungguh telah memberitahukan kepadaku beberapa ulama yang terpercaya bahwa mendengar alat-alat musik dan lagu dan terlena dengannya menumbuhkan kemunafikan di hati sebagaimana air menumbuhkan rumput"[27].

- Imam Abu Hanifah rahimahullah
Al Alusi berkata di dalam kitab Ruhul Ma'ani tentang pengharaman lagu, perkataan dari Abu Hanifah, beliau rahimahullah berkata: "Sesungguhnya lagu haram di dalam seluruh agama", dan As Sarkhasi rahimahullah di dalam kitab Al Mabsuth berkata: "Tidak diterima kesaksian para penyanyi"[28].

- Imam Malik rahimahullah
Beliau ditanya tentang apa yang diringakan oleh penduduk kota Madinah di dalam permasalahan lagu?, beliau menjawab: "Bagi kami hanya orang-orang yang fasik yang melakukannya"[29].

- Imam Syafi'ie rahimahullah
Beliau rahimahullah berkata di dalam kitab Al Umm: "Seseorang yang menyanyi dan menjadikan nyanyian tersebut pekerjaannya, dia didatangkan dan didatangi oleh orang, dan ia dinisbatkan kepada musik tersebut, terkenal karena musiknya dan begitupula wanita, maka tidak diterima kesaksian salah seorang dari mereka berdua, hal itu karena lagu adalah termasuk dari perbuatan melalaikan yang dibenci, yang serupa dengan kebatilan dan barangsiapa yang melakukan hal ini maka disifati dengan kebodohan dan hilang kehormatan diri dan barangsiapa yang ridha dengan ini untuk dirinya maka ia adalah orang yang diremehkan, meskipun (musik) itu bukan sesuatu yang haram dengan keharaman yang jelas. Dan jika ia tidak menisbatkan dirinya kepada musik tersebut, akan tetapi ia dikenal bahwasanya ia main musik dalam suatu keadaan dan menyanyi di dalamnya dan tidak menyibukkan diri untuk itu dan tidak diminta untyuk hal tersebut dan tidak ridah terhadapnya maka tidak gugur kesaksiannya demikian pula hukumnya terhadap wanita"[30].

- Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang seorang laki-laki yang mati, meninggalkan anak laki-laki dan satu budak wanita penyanyi, lalu si anak butuh untuk menjualnya, lalu imam berkata: "Wanita penyanyi tersebut dijual sebagai budak wanita biasa, bukan karena dia penyanyi wanita", lalu beliau ditanya: "Ia senilai dengan 30 ribu, dan kemungkinan jika di jual sebagai budak biasa maka akan seharga 20 ribu, lalu imam menjawab: "Tidak dijual kecuali ia sebagai budak wanita biasa"[31].

- Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah Beliau rahimahullah berkata:
"Madzhab imam yang empat adalah bahwa alat-alat musik seluruhnya haram…dan tidak ada seorang dari pengikut imam-imam tersebut ada pertentangan di dalam masalah alat-alat musik"[32].

- Ibnu Qayyim rahimahullah
Beliau mengatakan: "Kecintaan
kepada Al Quran dan kecintaan kepada alunan-alunan lagu di dalam hati seorang hamba tidak akan pernah menyatu"[33].

- Muhaddits Al Albani rahimahullah Beliau rahimahullah berkata: "Para imam yang empat sepakat akan keharaman alat-alat musik seluruhnya"[34].

[27] Disebutkan oleh Ibnu AbidDunya di dalam kitab Dzammil Malahi (hal. 40-41), dan lihat: kitabSirah Umar bin Abdul Aziz karya Ibnul jauzi (hal. 296)
[28] Lihat: kitab Hasyatul Jamal (5/380), cet. Ihya Turats, Kitab Hasyiyah Ibnu 'Abidin (5/253, 4/384), Hasyiyatud Dasuqi (4/166)
[29] Disebutkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab Talbisu Iblis (hal. 244)
dengan sanad yang shahih dari Ishaq bin Isa Ath Thiba' dan ia adalah perawi yang tsiqah dari para perawi shahih Muslim [30] Lihat: Kitab Al Umm (6/209), cet. Darul Ma'rifah[31] Lihat: Kitab Asy Syarhul Kabir, karya Ibnu Qudamah (4/41)
[32] Lihat: Kitab Majmu' fatawa(11/576)
[33] Lihat: Qasidah An Nuniyah, karya Ibnul Qayyim rahimahullah
[34] Lihat: kitab As Silsilah Ash Shahihah (1/145)

 Al ghina wasy syi'r (bernyayi dan bersyair)

"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan" (Luqman: 6)

mengenai ayat ini, ibnu Abbas Radiallahu anhu berkata bahwa lagwal hadits didalamnya berarti "Nyayian". Ibnu Abbas Radiallahu anhu adalah sahabat yang mendapat doa Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam, "Ya Allah! Anugerahkanlah kefakihan kepadanya dalam agama ini dan ilmu ta'wil." ia pun digelari "Turjumanul Quran" (penafsir Al- Quran).

Ibnu Mas'ud Radiallahu anhu menerangkan bahwa lahwa hadits adalah Al-ghina (Nyayian). demi Allah yang tiada sesembahan selain Dia! Pernyataan Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam mengenai pernyataan Ibnu Mas'ud Radiallahu anhu adalah "Sesungguhnya ia adalah pen-talkin yang mudah dipahami". dalam ayat ini.

"Hasunglah siapa yang kamu sanggupi diantara mereka dengan suaramu". (Al-Isra': 64)
Ibnu Abbas mengatakan, "Suaramu" dalam ayat ini adalah segala yang membawa pada kemaksiatan. Imam Mujahid, pemimpin para ahli tafsir (murid ibnu Abbas Radiallahu anhu) menyatakan bahwa "Suaramu" artinya "Al Ghina" (nyayian) dan "Al-Bathil".

Hasan Al Basri berkata, ayat itu turun dalam masalah musik dan lagu.
Ibnu Qayyim menambahkan keterangan dari Hasan Al Basri bahwa "Suaramu" adalah duff (rebana).
Kemudian ayat ke tiga surat An Najm: 59-60
“Apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini dan kamu mentertawakan serta tidak menangis sedang kamu bernyayi-nyayi”
Kata ikrimah Radiallahu anhu dan Ibnu Abbas Radiallahu anhu, kata “As-Sumud” dalam akhir ayat berarti Al-ghina menurut dialek Himyar. Dia menambahkan bahwa jika mendengar Al-Quran, mereka bernyayi-nyayi, lalu turunkah ayat itu.

Dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan sahabat Abi Amir Radiallahu anhu dan Abi Malik Al-ghina Radiallahu anhu, Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam bersabda, “Akan muncul dari umatku, sekelompok orang yang menghalalkan fajr (perzinaan), sutera, khamr, dan alat-alat musik”. (fat-hul Bari, 10/51)

Nyayian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui setan untuk merusak hati dan jiwa. Kaitannya dengan hal itu, Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata, “Diantara tipu daya setan musuh Allah dan diantara jerat yang dipasangnya untuk orang yang sedikit ilmu, akal, dan agamanya adalah membuat orang terjebak ke dalamnya untuk mendengarkan kidung dan nyayian yang diiringi musik yang diharamkan. Satu hal yang mengherankan adalah sebagai manusia yang mengaku memilih konsentasi untuk ibadah justru telah menjadi nyayian, tarian, dan lagu sebagai wahana ibadah sehingga mereka meninggalkan Al-Quran”.

Ibnu Qayyim dalam kitabnya Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithan menamai nyayian seperti itu dengan sepuluh nama, yaitu lahwun (main-main), laghwun (pekerjaan sia-sia), zuur (kebathilan), muka (siulan), tasydiah (tepuk tangan), ruqyatuz-zina (jimat dalam perzinaan), pedoman syetan, penumbuh nifaq didalam hati, suara kedunguan, suara yang penuh dosa, suara syetan, atau suara seruling syetan.
Ada beberapa nyayian yang diperbolehkan, yaitu menyanyi pada Hari Raya. Hal itu berdasarkan hadits Aisyah Radiallahu anhuma “ Suatu ketika Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam masuk ke bilik Aisyah, sedang disisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata, “Di sisi saya, ada dua orang hamba sahaya yang sedang menyanyi”), lalu Abu Bakr Radiallahu anhu mencegak keduanya. Namun, Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam malah bersabda, “biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini” (Hr. Imam Bukhari).

Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan untuk menyemarakan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya pun boleh. Nabi Salaullahu 'Alaihi wasallam bersabda, “perbedaan antara yang halal dan haram adalah memukul rebana dan suara (lagu) pada saat pernikahan”. (Hr. Imam Ahmad)

Maksudnya, khusus untuk kaum wanita. Nasyid islami (nyayian Islami tanpa diiringi dengan musik) adalah nyayian yang senandungkan saat bekerja sehingga lebih membangkitkan semangat kerja, terutama jika didalamnya terdapat doa.

Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam menyandungkan syair Ibnu Rawahah dan menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersandung, “Ya, Allah! Tiada kehidupan kecuali kehidupan akhirat, ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin”. Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung lain, “Kita  telah membaiat Muhammad. Kita selamanya selalu dalam  jihad”.
Ketika menggali tanah bersama para sahabatnya, Rasul Salaullahu 'Alaihi wasallam pun besenandung dengan syair Ibnu Rawahah yang lain, “Demi Allah! Jika bukan karena Allah, tentu kita tidak mendapat petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan shalat. Turunkanlah ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan pendirian kami jika bertemu (musuh) orang musyrik yang telah mendurhakai kami. Jika mereka mengingin-kan fitnah, kami menolaknya”. Dengan suara koor dan tinggi mereka balas bersenandung, “Kami menolaknya”. (Hr. Muttafaqun’alaihi)

Nyanyian yang mengandung pengesahan Allah Subhanahu Wata’ala, kecintaan kepada Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam dengan menyebutkan sifat beliau yang terpuji, mengandung anjuran berjihad, teguh pendirian, memperbaiki akhlak, seruan saling mencintai, tolong-menolong diantara sesama, atau menyebutkan beberapa kebaikan Islam dari berbagai prinsipnya serata hal-hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat Islam adalah baik bagi agama atau akhlak mereka.

Diantara beberapa langkah yang dianjurkan, jauhi mendengar radio, telivisi, atau lainnya, apalagi berupa lagu-lagu yang tidak sesuai dengan nilai akhlak dan diiringi musik. Diantara lawan paling jitu untuk menangkal kebergantungan pada musik adalah dengan selalu mengingat Allah dan membaca Al-Quran, terutama surat Al-Baqarah. Dalam hal itu, Allah Ta’ala berfirman,
Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang yang beriman”. (Yunus: 57)
Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam bersabda, sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibaca surat Al-Baqarah” (Hr. Imam Muslim)

Membaca sirah nabawiyah (riwayat hidup Rasul Salaullahu 'Alaihi wasallam). Demikian pula sejarah hidup para sahabat beliau. Sering kita saksikan, sebagian para pengikut hawa nafsu, orang-orang yang lemah jiwa dan sedikit ilmunya manakala mendengar perkataan yang diharamkan secara berturut-turut, ia berkeluh kesah sambil berujar, “Segalanya haram. Tidak ada sesuatu pun kecuali kamu mengharamkannya. Kamu telah menyuramkan kehidupan kami. Kamu membuat gelisah hidup kami, menyempitkan dada, dan kami tidak memiliki, selain haram dan mengharamkan. “Padahal agama itu mudah dan persoalanya tidak sesempit itu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Untuk menjawab ucapan mereka, “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala menetapkan hukum menurut kehendak-Nya. Tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. Allah mahabijaksana dan Mahagetahui. Ia menghalalkan semua yang ia kehendaki dan mengharamkan semua yang dikehendaki-Nya pula. Diantara pilar kehambaan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah hendaknya kita Ridha dengan semua yang ditetapkan olehnya, pasrah dan berserah diri kepada-Nya secara total”. Wallahu a’lam.

1 komentar: