Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.

Tantangan dakwah seperti itu. Diuji dengan kesusahan… Dicoba dengan penderitaan… Insya Allah, kita kuat.(Ust Rahmat Abdullah)


dua doa dari malaikat bagi mereka yang menjaga wudhunya "Allahumagfirlahu war hamhu"

lihat di surat Al-Baqarah: 222 betapa Allah sayang sekali dengan mereka yang menjaga kesuciannya (wudhu)"


ingat!!! Al Quran itu Al Huda, As syifa, Az Zikr, Al Furqon

"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat." (Muttafaqun'alaih)


Mulai lah dengan berfikir Jernih, buka mata hati

sudah banyak bukti secara Zahir maupun Shir. seolah olah di beri jalan padahal tidak...

Ingat Waktu

Ingat Waktu

Pages

Kamis, 23 Oktober 2014

Dialog Dosen JIL dengan Mahasiswa


Hanya ingin berbagi tentang secercah hikmah yang selama ini dianggap tak berguna. Dengan mengakui kelemahan penulis. Sungguh ini adalah sikap dari seorang Muslim yang ingin Agamannya di hormati oleh penghuninya.
Maka inilah Hasrat yang timbul.
Tentang iman yang tak terjamah oleh khalayak.
Sekali lagi tentang Iman. tepat di sini. di jari telunjuk yang mengarah ke dada, jauh menghujam . masuk melalui relung kegelapan jiwa. mampu menembus hati. bahkan lebih dari yang di artikan hati itu sendiri.

Lalu apakah teori Liberalitas dapat mengalahkan kita dalam menyatukan hati dan fikiran.?
simak dengan seksama bersama lantunan Iman.

DOSEN :  "Saya bingung, banyak Umat Islam diseluruh dunia lebay..
Kenapa harus protes dan demo besar-besaran cuma karena tentara amerika menginjak, meludahi dan mengencingi Al-Quran?
Wong yang dibakar kan cuma kertas, cuma media tempat Quran ditulis saja kok...
Yang Quran nya kan ada di Lauh Mahfuzh. Dasar ndeso. Saya kira banyak muslim yang mesti dicerdaskan."

Meskipun pongah namun banyak mahasiswa yang setuju dengan pendapat dosen liberal ini.
Memang Quran kan hakikatnya ada di Lauh Mahfuz.

Tak lama sebuah langkah kaki memecah kesunyian kelas. Sang mahasiswa kreatif mendekati dosen kemudian mengambil diktat kuliah si dosen, dan membaca sedikit sambil sesekali menatap tajam si dosen.

Kelas makin hening, para mahasiswa tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

MAHASISWA : "Wah, saya sangat terkesan dengan hasil analisa bapak yg ada disini."
ujarnya  sambil membolak balik halaman diktat tersebut.

"Hhuuh­hh...." semua orang di kelas itu lega karena mengira ada yang tidak beres.

Namun Tiba-tiba sang mahasiswa meludahi, menghempaskan dan kemudian menginjak-injak diktat dosen tsb.

Kelas menjadi heboh. Semua orang kaget, tak terkecuali si dosen liberal.

DOSEN : "kamu?! Berani melecehkan saya?! Kamu tahu apa yang kamu lakukan?! Kamu menghina karya ilmiah hasil pemikiran saya?! Lancang kamu ya?!"

Si dosen melayangkan tangannya ke arah kepala sang mahasiswa kreatif, namun ia dengan cekatan menangkis dan menangkap tangan si dosen.

MAHASISWA : "Marah ya pak? Saya kan cuma nginjak kertas pak. Ilmu dan pikiran yang bapak punya kan ada di kepala bapak. bapak marah yang saya injak cuma media kok. Wong yang saya injak bukan kepala bapak. Kayaknya bapak yang perlu dicerdaskan ya?

DOSEN : "#%&/&%@%&*/­(#@@##???.."
Si dosen merapikan pakaiannya dan segera meninggalkan kelas dengan perasaan malu yang amat sangat...

semoga bisa jadi Nutrisi bagi jiwa yang kehausan dalam telaga keberlimpahan hati.


disadur dari pesan WhatsApp berantai

Selasa, 21 Oktober 2014

Mencintai Penanda Dosa

Ini sebuah kisah, kisahnya dimulai dengan cerita indah disemester Akhir kuliah. Dia muslimah yang taat. Seorang aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan dikampus, dan penuh prestasi yang menyemangati rekan-rekannya. Kesyukurannya makin lengkap tatkala prosesnya untuk menikah lancar dan mudah. Dia tinggal menghitung hari. Detik demi detik serasa menyusupkan bahagia dinafasnya.

Ikhwan itu, sang calon suami, seorang lelaki yang mungkin jadi dambaan semua sebayanya. Dia berasal dari keluarga tokoh terpandang dan kaya raya, tapi jelas tak manja. Dikenal juga sebagai “pembesar” dikalangan para aktivis dakwah, usaha yang dirintisnya sendiri sejak kuliah telah mengentaskan banyak kawan; sungguh membanggakan. Awal-awal si Muslimah(akhwat) yang berasal dari keluarga biasa, seadanya, dan bersahaja itu tak percaya diri. Tetapi niat baik dari masing-masingpihak mengatasi semuanya.

Hari akad dan walimah itu tinggal tujuh hari menjelang, ketika sang ikhwan dengan mobil barunya datang ke rumah yang dikontraknya bersama akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terkejut ketika si calon suami tampi sendiri. Ya, hari itu mereka berencana meninjau rumah calon tempat tinggal yang akan mereka surgakan bersama. Angkahnya, ibunda si lelaki dan adik perempuannya akan beserta agar batas syariat tetap terjaga.

“Afwan Ukhti, ibu dan adik tidak jadi ikut karena mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung”, ujar ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan wajah sesal dan merasa bersalah. “Afwan juga, adakah beberapa akhwat teman Anti yang bisa mendampingi agar rencana hari ini tetap berlanjut?”.
“Sayangnya tidak ada. Afwan, semua sedang ada acara dan keperluan lainnya. Bisa ditunda?”
“Masalahnya besok saya harus berangkat keluar kota untuk beberapa hari. Sepertinya tak ada waktu lagi. Bagaimana?”

Akhirnya dengan memaksa dan membujuk, salah seorang kawan kontrakan sang Ukhti berkenan menemani mereka. Tetapi bi idznillaah, ditengah jalan sang teman ditelepon rekan lainnya untuk suatu keperluan yang katanya gawat darurat. “saya menyesal membiarkannya turun di tengah perjalanan”, kata Muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. “Meskipun kami jaga sebaik-baiknya dengan duduk beda barisan, dia didepan dan saya dibelakang, saya insaf, itu awal semua petakanya. Kami terlalu mudah-mudahkan. Astagfirulloh”.

Ringkas cerita, mereka akhirnya berdua saja meninjau rumah baru tempat kelak surga cinta itu akan dibangun. Rumah itu tak besa. Tetapi asri nan nyaman. Tidak megah. Tetapi anggun dan teduh.
Saat sang Muslimah pamit ke kamar mandi untuk hajatnya, dengan bantuan seekor kecoa yang membuatnya berteriak ketakutan, syaitan bekerja dengan kelihaian menakjubkan. “dirumah yang seharusnya kami bangun surga dalam Ridha-Nya, kami jatuh terjelembab ke dalam neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu”. Dia tersedu. Saya tak tega memandang dia dan sang ibunda yang menunggu. Saya alihkan mataa saya pada adik lelakinya disebalik pintu. Dia tampak menimang seorang anak perempuan kecil.

“Kisahnya tak berhenti sampai disitu, “Lanjutnya setelah agak tenang. “Pulang dari sana, kami berdua berada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pada diri kami. Marah pada adik dan ibu. Marah pada kawan yang memaksa turun dijalan. Marah pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Merasa kotor. Merasa jijik. Saya terus menangis dijok belakan. Dia menyetir dengan galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur”.
Dan kecelakaan itu pun terjadi. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan.

“Setelah hampir empat bulan koma” sambungnya, “Akhirnya saya sadar. Pemulihan yang memakan waktu itu diperberat oleh kabar yang awalnya saya bingung saya harus mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinahan terdosa itu membuah karunia”. Saya takjub pada pemilihan katanya. Dia menyebut “karunia”. Sungguh tak mudah untuk mengucapkan itubagi orang yang terluka oleh dosa.
“Yang membuat saya merasa langit runtuh dan bumi menghimpit adalah”, katanya terisak, “ternyata calon suami saya, ayah dari anak saya, meninggal ditempat dalam kecelakaan itu”.
“Subhanalloh”, saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi si gadis kecil yang digendong oleh sang paman itu. Rupanya Nak, penanda dosa yang harusdicintai itu. Engkau rupanya Nak, ujian yang datang setelah ujian. Seperti perut ikan yang menelan Yunus setelah dia tak sabar menyeru kaumnya.

“Doa kan saya kuat “Ustad” itu terasa menyengat saya. Sergapan rasa tak pantas serasa melumuri tubuh. Bagaimana saya akan berkata-kata dihadapan seorang yang begitu tegar menanggung semua derita, bahkan ketika keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya begitu rupa. Saya masih bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya dan terhormat itu mengatakan, “Bagaimana kami bisa percaya bahwa itu cucu kami dan bukan hasil ketidaksenonohanmu dengan pria lain yang membuat putra kami tersayang meninggal karena frustasi?”

“Doa kan saya Ustad” kembali dia menyentak. “Semoga keteguhan dan kesabaran saya atas ujian ini tak berubah menjadi kekerasan hati dan tak tahu malu. Dan semoga sesal dan taubat ini tak menghalangi saya mencintai anak itu sepenuh hati”. Aduhai, bahkan pinta doanya pu menakjubkan.

Alloh, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang memperbaiki diri dengan sepenuh hati. Alloh, jadikan wanita ini semulia Maryam. Cuci dia dari dosa-dosa masa lalu dengan kesabaranya meniti hari-hari bersama sang buah hati. Alloh balasi tiap kegigihanya mencintai penanda dosa dengan kemuliaan disisi-Mu dan di sisi orang-orang yang beriman. Alloh sebab ayahnya telah kau-panggil, kami titipkan anak manis dan shalihah ini ke dalam pengasuhan-Mu Yang Maha Rahman dan Rahim…

(Ustadz Salim A Fillah)

Nama ku Ana; Kecewa dengan sikap Kader Dakwah

Asalamualaikum ...

Nama ku Ana sejujurnya, sangat sulit bagiku menceriktakan kisah hidupku ini. Namun, aku merasakan banyak manfaat yang kalian petik, inya Allah...

Aku hanya ingin menceritakan lika-liku perjalanan ku, keimanan ku, semoga  setelah mendengarkannya kalian tidak salah kaprah terhadap organisasi islam dissekitar kalian...

Aku terlahir dari keluarga yang mempunyai latar belakang agama yg baik. Ayahku seorang pegawai yg sukses dalam karirnya diusia muda, di usia mudanya ia telah mencapai pangkat yang tinnggi ditempat ia bekerja. Ayahku juga seorang dai, kadang ia juga dipanggil ustad karena kebiasaanya mengisi ceramah dan khotbah dimana2. Sementara Ibu ku hanya seorang Ibu rumah tangga biasa yg melimpahkan kasih sayangnya pada kami anak2nya. Hidupku begitu sempurna seakan kebahagian hanya ada dalam keluarga kami. Dari sisi materi dan pendidikan aku dan Kakak ku tidak pernah kekurangan,  walau begitu ayah dan ibu kami selalu mengajarkan sederhana dan dari segi ruhiyah kasih sayang begitu melimpah dari mereka, pendidikan agama pun begitu tercukupi. Allah melimpahkan Rahmatnya dalam keluargaku...

Namun, ketika Ayah meninggal dunia meninggalkan kami yang masih dalam masa mencari jati diri, ada sedikit perubahan dalam hidup kami yg dulunya Ayah tempat menanyakan segala sesuatu telah tiada. Kondisi ekonomi pun mulai goyang tetapi ternyata Allah tidak pernah meninggalkan kami, kembali Ia tetap menjaga kami agar tetap terjaga dalam kehidupan yg Ia Ridhoi. Iya kakak ku mulai mengenal islam lebih dalam dengan mengikuti kegiatan islami disekolah dan dikampusnya. Mereka mulai sedikit demi sedikit merubah tampilannya, jilbabnya makin lebar, dan mulai sibuk dengan kegiatan yg mereka sebut dengan Tarbiyah. Waktu itu aku masih kecil jadi belum mengerti dan tidak begitu ambil pusing...

Namun, ketika aku masuk SMA awalnya aku adalah gadis yg tomboy dan cuek, namun berkat kegigihan seorang seniorku ia selalu mengajaku mengikuti ta’lim dan kajian2 di skolah. Hingga akhirnya pun aku bergabung dg kelompok mereka, kelompok  yg bermakna Salaf. Sungguh saat itu Ghiroh ku untuk mengenal Islam begitu besar, semua majelis ilmu ku datangi. SMA ku dulu yg begitu ketat terhadap Organisasi2 Islam, bahkan melarang seluruh siswanya membentuk Organisasi disekolah. Namun bagiku itu lah tantangannya, dan berkat Rahmat Alloh atas izinnya, aku dan beberapa teman Akhwat dan Ikhwan berhasil mendirikan ROHIS atau Rohani Islam di dalam sekolah dengan aku sebagai ketua keputriannya dan dalam sekejap ROHIS mempunyai peminat yang begitu banyak, bahkan guru2 pun mulai mendukung kami dan cinta kepada jalan dakwah semakin besar...

Beberapa tahun kemudian aku tamat dan mulai kuliah. Alhamdulillah Allah selalu menjagaku, di dunia kampus yg begitu sibuk, kembali Allah mempertemukan aku dengan Akhwat2 Se-Manhaj. Aku pun kembali bergabung dg mereka, sungguh dakwah telah menjadikan pilihan  hidupku sejak saat itu, kembali dalam lembaga dakwah kampusku, akupun kembali dalam tugas2 berdakwah, menjalankan amanah2 ku, bahkan tidak sedikit kegiatan2 besar ku ketuai, dan atas izin Alloh kemudian Ia menempatku posisi puncak di Lembaga Dakwah Kampusku sebagai seorang ketua, Alhamdulillah...

Namun, ternyata Allah Maha Besar. Keimanan manusia ada kalanya turun. Aku bukan manusia yg sempurna. Aku sampai pada kondisi jenuh, lelah.  Aku dihadapkan pada sebuah kondisi dimana amanah dakwah yg semakin menumpuk dan memerlukan perhatian besar dari ku. Di sisi lain tugasku yg semakin menggila, lebih2 orang tua yg menuntutku segera menyelesaikan kuliah. Aku sampai pada titik lelah yg ter amat sangat. Aku bosan dengan semua rutinitasku,walau begitu aku tetap menjalaninya meski tak se Ghiroh yg dulu, namun semua amanahku ku selesaikan dg baik, setidaknya menurutku...

Jujur, waktu itu aku bingung sekali. Kesibukan ku di kampus dan Forum. Terlebih tugas yg menumpuk, aku kuliah di fakultas tersibuk yg luarbiasa membuatku tidak punya waktu dirumah. Amanah di rumah tidak mampu ku selesaikan. Semua terbengkalai sehingga Ibu dan kakak ku jengkel melihatku yg sama sekali tidak ada waktu lagi di rumah. Bahkan aku jarang pulang karna lebih banyak menghabiskan waktu di sekertariat forum...

Hingga sampai akhir pada kepengurusanku LPJ mulai diadakan, namun ada hal dalam LPJ yg membuat hatiku sangat sakit. Ia, selama LPJ aku merasa tidak satu pun kepengurusanku yg kulakukan dg benar. Ada saja keritik pedas dari pembina dan bawahan2 ku. Bahkan tidak sedikit yg menganggap kepengurusanku paling kacau dari semua forum. Ya Allah benarkan semua amanah ku telah ku telantarkan? Benarkah bawahanku tidak ada yg ku perhatikan? Sungguhkah pengorbananku selama ini yg telah kuanggap telah sampai puncak usahaku tidak sedikit pun berarti di hadapan mereka? Lalu apa gunanya semua yg kulakukan jika ternya hasil hanya rasa terzolimi dari bawahan2 ku karena merasa kepemimpinanku yg tidak becus? Lalu apa gunanya ku korbankan kuliah yg ku tunda selesainya karena harus menunggu amanah ku Forum. Namun saat itu semua ku terima dengan hati yg lapang, bagiku apapun yg kulakukan bukan mengharap pujian sama sekali dari manusia yg kuinginkan adalah Ridho dari Allh ta’ala. Bukankah Allah tidak melihat hasil namun yg dilihat adalah proses dan usahaku selama ini...

Namun, sakit hati pada Akhwat yg sedang berusaha ku tepis kembali ku rasakan, mereka lagi2 menyakitiku dengan kalimat2 kasar yg bagi mereka mungkin adalah tegas, tetapi tidak bagiku. Membuat aturan2 agar semua perhatianku tercurah pada forum dengan Alasan inilah jalan dakwah yg jalanya terjal dan penuh berliku. Ku akui itu benar, namun mudah baginya mengatakan. Jika kalian jauh dari orang tua sedangkan aku tidak sama. Birulwalidain kutetap harus ku jalankan pada Ibuku yg merupakan orangtua ku satu2 nya, yg saat ini telah renta dan sakit2 tan. Aku harus membantu pekerjaannya menjaganya karena sakit, semua hal yg tidak mampu mereka mengerti. Betapa sulitnya aku meminta izin untuk tak menghadiri rapat untuk menjaga ibuku yg sedang sakit atau aku harus menggantiakan Ibuku ke pasar, sehingga aku terlambat kepasar. Namun ketika aku katakan alasanku sama sekali tidak ada wajah simpati atau mendoakan Ibuku, yg kudapatkan adalah wajah kesal karena keterlambatanku dan yg paling menyedihkan hatiku saat itu ketika Ibuku sakit, sakit rematiknya membuat Ibuku tidak mampu bergerak, aku sama sekali tidak bisa meninggalkannya karena harus dibopong keman2 sehingga amanah ku hari itu tidak dapat ku jalankan, akhirnya aku menghubungi beberapa Akwat untuk menggantikan ku.

Tetapi apa yg aku dapat, tidak ada satu pun yg mau menggantikanku hatiku hancur kala itu. Dimana Ukhuwah yg engkau gembar-gemborkan? Dan aku mulai ragu dg jalan yg ku ambil. Benarkah forum yg ku perjuangkan selama ini? Adakah dalam ajaran Rasul yg mereka lakulan itu? Sungguhkah amanah dan aturan membuat mereka jadi sekaku itu? Benarkah jalanku selama ini? Aku sangat kecewa aku terluka hingga ku putuskan keluar dari jalan dakwah ini, kutolak semua amanah yg diberikan kepada ku, kuhindari semua pertemuan dg akhwat dan tidak perduli apapun yg mereka katakan pada ku. Aku hanya ingin menjadi anak yg tidak durhaka pada orangtua ku, ku curahkan semua perhatian pada keluargaku yang selama ini telah ku abaikan. Dan betapa bahagianya ibuku ketika ia melihat aku menghabiskan waktu bersama ibuku, dan ibuku Alhamdulillah semakin sehat wajahnya kembali bersemangat dan aku pun mulai fokus pada kuliahku hingga dalam waktu singkat dapat ku selesaikan dan mencapai gelar Sarjanah...

Namun, tetap ada yg hilang dalam hidupku. Namun, juga hatiku menolak dg sangat untuk kembali, trauma dg semua perlakuan mereka pada ku. Aku takut dg alasan dan aturan yg mereka buat. Yang membuatku seakan serasa tercekik dan tidak ada kehidupan dengan keluargaku bahkan aku sampai pada rasa trauma dan untuk bertemu dg akhwat yg berpapasan ataumelihat mereka dari jauh. Aku sangat takut dan ingin sekali lari dan ku putuskan untuk betul2 lari dari mereka...

Aku melanjutkan pendidikan ku ke pulau Jawa. Di sini ditempat yg baru ini kurasakan kebebasan yg sangat, aku kini bebas dari semuanya bebas dari segala aturan yg semua mencekik, bebas dari aturan dan tatapan sinis mereka karena sedikit saja kesalahanku, bebas dari amanah2 yg membelitku dan ku berjanji pada diriku sendiri untuk lebih fokus pada kuliahku pada semua tugas2 kampusku target predikat terbaik yg harus aku emban, dan benar saja semua kuliah dg mudah ku ikuti. Pelajaran yg bagi sebagian temanku sulit dapat ku selesaikan dengan mudah sehingga tidak jarang mereka berkumpul di dalam kost ku untuk meminta kuajarkan kembali pada mereka. Alhamdulillah aku senang sekali, mata kuliah yg hampir 80% mahasiswanya tak lulus dapat dengan mudahku lalui, namun ternyata ada yg hilang dalam diriku, selalu ada yg kurang yg aku rasakan. Tiap kali aku terbangun dipagi hari aku merasa mendapati diriku bukan diriku seutuhnya ada sesuatu yg kosong dan hampa dibalik semua prestasi yg aku dapatkan. Sikap dan pergaulanku kadang tidak terkontrol bercandaan dengan lawan jenis. Walau tetap ada jarang yg kupasang karena masih merekat erat diotaku konsep pergaulan dalam Islam tetapi tetap saja banyak batasan yg telah dilanggar, semua terjadi dg sendirinya. Karna tak ada lagi akhwat yg menegurku, tidak ada lagi mereka yg dapat menjagaku.

Aku merindukan sosok2 itu. Sangat rindu. Saudari2 ku yg ada di sana. Rindu pada semua kesibukan kami ketika mengerjakan semua amanah2 dakwah, walau kadang begitu lelah yg kami rasa, tiap tetes keringat yg dulu keluar bagaikan sebutir berlian di akhirat kelak, walau dengan kantuk yg amat sangat, memaksakan mata terbuka ketika harus mabit dan musyawarah hingga dini hari namun semua kulalui dg semangat yg begitu berbeda ada tujuan yg begitu besar disana dan Ghiroh itu yg begitu kurindukan namun saat ini tidak lagi kurasakan.

Aku rindu dalam lingkaran majelis zikir itu dalam naungan para Malaikat. Walau panas membakar.

Namun, disini. Dihati begitu sejuk mendengarkan untaian kalimat suci yang membakar semangat ibadah kami. Aku sangat merindukan itu semua. Pada suara lembut Murabbiyah ku, pada kalimat2 teduh ustd2 ku, pada salaman hangat dan pelukan cinta saudari2 ku, aku rindu dan ku putuskan mencari tempat tarbiyahku disini dipulau jawa ini dan Alhamdulillah aku menemukannya kembali walau harus memulainya dari awal tetapi tidak mengapa.

Kembali kurasakan indahnya majelis2 itu lagi. Namun, itupun tak dapat ku jalani dengan baik karena jadwal yg selalu bertabrakan dg jadwal kuliahku. Berada ditengah akwat2 baru serasa ku begitu terasing namun tetap saja keramahan mereka tetap sama, bahkan mereka terkenal jauh lebih lembut, mungkin suku mereka yg terkenal berperangai lembut. Namun, entah tetap jasa, rasa rinduku terhadap akhwat2 yg dulu belum terobati terlebih selama kepergianku. Kepergianku ke jawa. Tak satupun mereka yg menghubungi ku termasuk Murabbiyah ku termasuk pembinaku di forum. Tak satu pun yg menanyakan kabarku padahal hati ini merindukan mereka akupun malu untuk menyapa mereka terlebih dahulu, mengingat aku yg tiba2 menghilang dari mereka. Aku malu karena aku tau yg salah dan aku pikir mereka sedang marah pada ku aku takut, namun juga aku sangat rindu.

Akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku kurang dari 1 tahun dan alhamdulillah tagetku lulus dengan predikat terbaik dapat terwujud. Aku mendapatkan nilai yg sangat memuaskan. Segala puji bagi Allah yg memudahkan jalanku dan ini pula waktuku kembali. Ya, kembali pada bahagian yg aku lari darinya dan aku harus siap untuk menghadapinya kembali. Aku pulang, namun diluar dugaanku awalnya aku menyangka mereka merasakan rindu padaku seperti yg aku rasakan. Ku fikir mereka akan segera menemui ku atau paling tidak menemuiku ketika aku tahu kembali. Namun ternyata tidak, tidak ada yg menemui ku kecuali akhwat2 yg memang merupakan sahabat dekatku. Hal ini membuatku enggan untuk kembali berkumpul dg mereka. Entah ada rasa sedih tiap kali melihat mereka, bahkan aku takut untuk menyapa mereka, aku takut mereka memperlakukan aku dg dingin, terlebih akhwat 2 yg mengenalku di forum dan pembina2 ku. Apa kata mereka bila bertemu dg ku. Akankah mereka marah padaku? Atau menyindirku dengan kalimat yg pedas? Karena amanah2 yg telah ku terlantarkan dulu. Dan aku tetap saja menghindari mereka. Bahkan aku tidak berani mengikuti tarbiyah lagi. Aku tidak mau kecewa untuk yg ke sekian kalinya lagi.

Namun, Allah tetap selalu menjaga aku. Tetap menjaga hatiku dalam din ini. Rasa rindu pada tarbiyah tak dapat lagi ku bendung. Kadang aku menangis sendiri di kamar. Melihat diriku ini dengan busana yg syar’i namun ternyata ilmu ku begitu dangkal. Akankah iman ku mampu bertahan? Bila ku tak segera mengangkat diriku dalam majelis lingkaran itu? Aku tahu syetan begitu pandai mnjerumuskanku. Begitu halus bisikannya. Begitu menusuk ke dalam relung hatiku. Dan mengadu domba ku dengan saudara-saudariku. Ku muhasabah semua yg telah ku lewati. Dalam linangan air mata yang tiada terbendung. Sungguh tidak ada yg salah dengan saudariku. Aku tahu aku yg begitu lemah. Yg seharusnya mampu bijaksana dalam semua ini. Karena betapapun mereka menyakitiku. Aku sangat yakin, tidak sedikitpun dari mereka yg ingin menjerumuskan aku. Namun syetan terlalu pandai menjerumuskan diriku. Dalam jurang prasangka. Sungguh aku sangat merindukan kalian. Dan aku meminta maaf pada kalian. Terhadap segala prasangka, amarah, dan kekecewaan yg tidak pantas ku lakukan. Aku menyadari bahwa kalian bukanlah Malaikat yg suci. Kalian manusia yg tetap saja mempunyai kesalahan. Begitu pula dengan diriku. Dan satu hal yg kuyakin dari kalian. Hati ini, hati ku, hati kita telah Allah ikat dalalam ikatan yg begitu indah, begitu erat yaitu persaudaraan dalam islam. Saudariku aku akan kembali. Berjuang bersama kalian. Mengukir nama-nama kita dalam barisan penegak din. Tanpa prasangka, tanpa dendam, hanya cinta kepada Allah dan mengharapkan Ridha Allah.

Alhamdulillah hari ini aku seutuhnya telah kembali dalam barisan dakwah ini. Sungguh nikmat yg mana lagi yg lebih indah dari pada nikmat iman dan islam. Dan ikatan apalagi selai ikatan yg di ikat oleh Allah yaitu mencintai karnanya. Dan kembali ku temukan diriku yg utuh dalam lingkaran majelis Zikir yg diliputi para Malaikat. Dengan semangat seperti dulu.

 Allahuakbar... labaikallah... untuk saudari2 ku yg telah memilih jauh dari kami. Akupun pernah kecewa. Akupun pernah kecewa seperti kalian. Tapi ketauhilah kita hanya manusia. Lapangkan hatimu. Tangan2 kami tetap terbentang menyambut kalian. Bagaimanapun rupa kalian saat ini kami juga rindu, sungguh semua amarah adalah tipu daya syetan. Kembali lah... kembali pada kami. Kami tetap disini menunggu mu. Tidak akan ada yg berubah...

Penulis hanya ingin memberikan sebuh pemahaman bahwa manusiawi jika ada keluhan, kelelahan, kejenuhan menyapa hati yang pasang surut. Tetapi ketahui fitrah kita. Keluhan dan kejenuhan tak akan betah jika kita tak berlama-lama membiarkannya dihati kita. Kadang jawabanya adalah diri kita. Saat diri malas. Saat kebeningan hati tergilas.

Tetapi ketahui lah fitrah kita tidak ingin berlama-lama dalam keterpurukan. Benamkan hati dalam majelis lingkaran itu lagi. Apa yang membuatmu lelah. Jika desah hatimu saja didengar oleh Allah. apa yang membuatmu putus asa karena masalah. Jika putus asa adalah tangga kenaikan marhalah...

semoga dapat menjadi nutrisi jiwa yang basah karena Cinta-Nya...

Senin, 20 Oktober 2014

Dialog Hasan Al Basri dengan Pemuda

Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak. Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “ Alangkah buruk akhlak orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku !” .

Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.

Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, “ Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja sedang saya telah menyelamatkan enam orang. ”

Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. “ Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak. ”

Hasan al- Basri tertegun lalu berkata, “ Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan. ”

Lelaki itu menjawab, “ Mudah- mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan. ”
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.
Jika Allah membukakan pintu solat tahajud buat kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur nyenyak.
Jika Allah membukakan pintu puasa sunah, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunah.
Boleh jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunah itu lebih dekat dengan Allah, daripada diri kita.
Ilmu Allah sangat amatlah luas. Jangan pernah ujub dan sombong atas semua amalan kita..

Minggu, 19 Oktober 2014

Peristiwa Yang Mengajarkan Kegagahan dan Kemuliaan




Oleh : Syaikh DR. Abdullah Azzam Rahimahullah

Sebelum berjihad kamu harus membekali diri dengan dua sifat:
lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang- orang kafir. Oleh karena jihad
membutuhkan kekerasan dan kekuatan, berlaku keras dalam membela Dien dan merasa gagah
karena Allah merupakan sifat perwira, dan dalam waktu yang sama bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin.

Keadaan kita sekarang ini justru sebaliknya. Penguasa-penguasa thaghut (yang mengaku muslim) di
negeri kita malah berlaku lemah lembut kepada orang-orang kafir dan bersikap keras terhadap orang-orang mukmin. Demikian pula yang diperbuat oleh sesama orang mukmin dan sesama orang Islam. Orang Islam berlaku keras terhadap saudaranya sesama Islam, dan sebaliknya bersikap ramah kepada orang-orang kafir…mengucapkan salam seraya membungkukkan badan, menundukkan kepala atau mengangguk-angguk di hadapannya…
Engkau mulia wahai orang Islam!
Jangan berlaku demikian kepada orang kafir!
Ustadz Muhammad Abdurrahman Khalifah, pimpinan sebuah Harakah Islamiyah di Yordania –semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
Pernah suatu kali beliau berhadapan dengan Raja Abdullah di Masjid Al Husaini, yang menjadi salah satu pemimpin saat jatuhnya wilayah Lydda dan Ramla tahun 1948 ke tangan Yahudi. Waktu kejadian itu beliau masih sangat muda usianya, sekitar 22 atau 23 tahun. Itu merupakan peristiwa besar dalam
permulaan hidupnya, akan tetapi beliau sudah belajar tentang arti kemuliaan dari Sang Hakim ketika
masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Suatu ketika Imam Masjid memberikan ceramah dan memberikan alasan untuk pembenaran atas penyerahan wilayah Lydda dan Ramla serta jatuhnya Palestina ke tangan Yahudi. Mendengar ceramah Imam, beliau tak dapat menahan diri, lantas keluarlah beliau dari barisan jama’ah Shalat dan segera mengambil alih mikrofon; lalu beliau berkata dengan lantang: “Cukup sudah bagimu makan potongan roti dari mereka (penguasa), mestinya tuan mengatakan kepada orang itu –seraya menunjuk kepada Raja Abdullah–: “Bagaimana Tuan bisa menyerahkan wilayah Lydda dan Ramla ke tangan Yahudi?”, (sedangkan) anda adalah pewaris para Nabi…!”.
Maka mulailah beliau berceramah yang kontan membuat gusar Raja Abdullah, yang segera bangkit dari duduknya dan berteriak: “Hai orang- orang! Lelaki ini adalah seorang munafik yang hendak memfitnah antaraku dengan kalian”, lalu keluar dari masjid karena khawatir terhadap keselamatan dirinya, sedangkan Ustadz Muhammad tetap berceramah. Kemudian datanglah Kepala Polisi Ibukota mendekati Ustadz Muhammad dan menaruh tangan di pundak beliau seraya berkata: “Demi Allah, hei Abu Majid (panggilan Ustadz Muhammad), aku mendapat perintah, jika sampai terjadi sesuatu, maka kami akan memuntahkan peluru di masjid ini”.
Ketika Kepala Polisi tersebut menaruh tangannya di pundak Abu Majid, kebetulan seorang penjual daging yang rumahnya berdampingan dengan masjid berada di dekatnya, maka dia berkata dengan nada mengancam kepada Kepala Polisi: “Demi Allah, kalau sampai kamu menyentuhnya, aku benar-benar akan memenggal kepalamu, maka jangan kamu mencela dirimu sendiri”. Dan memang, penjual daging itu benar- benar mengancam Kepala Polisi tersebut. Abu Majid berkata: “Dengarlah, sekarang bawa saja aku ke istana dan serahkan pada tuanmu, untuk menghindari terjadinya pembantaian
di sini”.
Kepala Polisi itu berkata: “Aku berjanji, tak akan ada seorangpun yang akan menyakitimu”. Abu Majid menimpali: “Demi Allah, jika sampai ada yang menyakitiku, maka dunia akan bergoyang dan tidak akan tinggal diam”. Lalu Kepala Polisi itu membawa beliau dengan mobil ke istana. Sesampainya di pintu istana beliau berkata; “Turunkan aku di sisi, aku tidak mau masuk menemui raja”. Setelah Kepala Polisi melapor kepada Raja bahwa Abu Majid tidak mau masuk menemuinya, maka Raja keluar ke balkon istana dan melongok ke halaman bawah seraya berkata: “Bahkan sampai di istanapun engkau
tidak mau masuk, hei munafik! Allah akan membinasakanku kalau sampai
aku tidak membunuhmu!”. Lalu pelayan istana buru-buru membawakan kursi untuk Raja, maka Abu Majid berkata kepada Raja: “Orang-orang munafik itu justru ada di sekelilingmu”.
Saat itu bulan Ramadhan, tanpa disangka-sangka saudaranya –seorang Kepala Wilayah Salath– datang menyerahkan uang 100 Dinar – 1 Dinar nilainya setara dengan satu orang manusia pada saat itu—seraya berkata: “Hei Abu Majid, jangan engkau merasa sedih…!”. Namun Abu Majid menolak pemberian itu dan hanya meminta dibawakan makanan untuk buka puasa untuk dirinya dan 13 orang sipir penjara yang menjaganya. Maka pergilah saudaranya membeli makanan; waktu itu tidak ada warung makan kecuali di dekat Masjid Al Husaini yang letaknya cukup jauh dari istana sedang untuk ke sana tidak ada mobil tumpangan. Sesampainya di sebuah warung makan, dia membeli makanan yang diperlukan dan ketika pemilik warung tahu bahwa makanan itu untuk Ustadz Muhammad maka dia tidak mau dibayar dan orang banyak berebut untuk mengantarkan makanan tersebut kepada Abu Majid.
Singkatnya Ustadz Muhammad diajatuhi hukuman pengasingan ke Shahrawi. Dalam perjalanan ke
tempat pengasingan, beliau meminta berhenti di suatu pasar untuk membeli baju tidur dan ketika
pemilik toko tahu bahwa yang membeli dagangannya adalah Ustadz
Muhammad, diapun tidak mau dibayar.
Dua hari penuh Raja memendam kemarahan, darahnya menggelegak dan hampir-hampir biji matanya
keluar lantaran marah. Para pelayan dan orang-orang di sekelilingnya hanya tertunduk diam, seolah-olah di atas kepala mereka bertengger seekor burung. Raja terus berpikir dan merenung, akhirnya dia berkata kepada para pembantunya: “Dia itu seorang pemuda yang sangat menaruh kepedulian terhadap kemaslahatan negerinya, dia telah berbicara menumpahkan perasaan hatinya. Padahal sepatutnya ucapan itu aku dengar dari kalian”. Lalu salah seorang pembantunya berkata:
“Demi Allah wahai Yang Mulia Raja, saya mengenal pemuda tersebut, karena saya pernah bekerja
bersamanya di jawatan pengadilan; dia orang yang terhormat dan bersih…”. Raja berkata kepadanya:
“Pergilah dan temui dia, kalau dia mau meminta maaf, aku akan membebaskannya!”. Maka pergilah utusan Raja menemui Ustadz Muhammad di tempat pembuangannya untuk menyampaikan perintah Raja. Mendengar tawaran Raja, beliau menolak seraya berkata:
“Demi Allah, aku tidak akan meminta maaf!”. Maka beliaupun tetap berada dalam penjara sampai beberapa waktu.
Demikianlah, jihad membutuhkan kegagahan, kekerasan sikap dan sekaligus kelemahlembutan. Bersikap keras terhadap orang kafir dan lemah- lembut kepada orang mukmin. Ibadah jihad adalah ibadah jama’i, engkau tidak dapat berjihad sendirian, harus bersama sekelompok manusia dan hidup (berinteraksi) bersama mereka; sekelompok manusia yang berbeda-beda kebiasaan, watak,
cara makan, cara tidur dan sebagainya…Kamu harus bisa menutup mata, menutup telinga dan menutup mulut terhadap sesuatu yang kamu tidak suka atasnya dan tidak mencari-cari aib dan tidak melihat kepada saudaramu kecuali hal-hal yang baik-baik saja. Jika tidak begitu, maka kamu tidak akan sanggup melanjutkan jihad.Inilah jihad! Kamu harus dapat menggabungkan keempat sifat itu
menjadi satu sehingga kamu menjadi seorang mujahid, yaitu: Berlaku lemah-lembut kepada orang-
orang mukmin Bersikap keras terhadap orang-orang kafir Tidak takut celaan orang yang mencela Di jalan Allah.
Ini adalah karunia Allah, dan jihad adalah karunia dari Allah (Itulah karunia Allah, diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dia memilih sekelompok manusia untuk Dia bebankan kepada mereka
tugas membawa risalah-Nya dan untuk menyebarkan Dien-Nya dengan pengorbanan darah mereka, (dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui).
(Sumber: Tarbiyah Jihadiyah) —

Dalil seputar Musik

Tentang Musik dari para Ulama
- Umar bin Abdul Aziz rahimahullah
Beliau berkata kepada pengajar anaknya: "Hendaknya yang pertama mereka yakini dari adabmu adalah kebencian terhadap lagu, yang asal mulanya dari syetan dan akibatnya kemurkaan Ar Rahman, sungguh telah memberitahukan kepadaku beberapa ulama yang terpercaya bahwa mendengar alat-alat musik dan lagu dan terlena dengannya menumbuhkan kemunafikan di hati sebagaimana air menumbuhkan rumput"[27].

- Imam Abu Hanifah rahimahullah
Al Alusi berkata di dalam kitab Ruhul Ma'ani tentang pengharaman lagu, perkataan dari Abu Hanifah, beliau rahimahullah berkata: "Sesungguhnya lagu haram di dalam seluruh agama", dan As Sarkhasi rahimahullah di dalam kitab Al Mabsuth berkata: "Tidak diterima kesaksian para penyanyi"[28].

- Imam Malik rahimahullah
Beliau ditanya tentang apa yang diringakan oleh penduduk kota Madinah di dalam permasalahan lagu?, beliau menjawab: "Bagi kami hanya orang-orang yang fasik yang melakukannya"[29].

- Imam Syafi'ie rahimahullah
Beliau rahimahullah berkata di dalam kitab Al Umm: "Seseorang yang menyanyi dan menjadikan nyanyian tersebut pekerjaannya, dia didatangkan dan didatangi oleh orang, dan ia dinisbatkan kepada musik tersebut, terkenal karena musiknya dan begitupula wanita, maka tidak diterima kesaksian salah seorang dari mereka berdua, hal itu karena lagu adalah termasuk dari perbuatan melalaikan yang dibenci, yang serupa dengan kebatilan dan barangsiapa yang melakukan hal ini maka disifati dengan kebodohan dan hilang kehormatan diri dan barangsiapa yang ridha dengan ini untuk dirinya maka ia adalah orang yang diremehkan, meskipun (musik) itu bukan sesuatu yang haram dengan keharaman yang jelas. Dan jika ia tidak menisbatkan dirinya kepada musik tersebut, akan tetapi ia dikenal bahwasanya ia main musik dalam suatu keadaan dan menyanyi di dalamnya dan tidak menyibukkan diri untuk itu dan tidak diminta untyuk hal tersebut dan tidak ridah terhadapnya maka tidak gugur kesaksiannya demikian pula hukumnya terhadap wanita"[30].

- Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang seorang laki-laki yang mati, meninggalkan anak laki-laki dan satu budak wanita penyanyi, lalu si anak butuh untuk menjualnya, lalu imam berkata: "Wanita penyanyi tersebut dijual sebagai budak wanita biasa, bukan karena dia penyanyi wanita", lalu beliau ditanya: "Ia senilai dengan 30 ribu, dan kemungkinan jika di jual sebagai budak biasa maka akan seharga 20 ribu, lalu imam menjawab: "Tidak dijual kecuali ia sebagai budak wanita biasa"[31].

- Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah Beliau rahimahullah berkata:
"Madzhab imam yang empat adalah bahwa alat-alat musik seluruhnya haram…dan tidak ada seorang dari pengikut imam-imam tersebut ada pertentangan di dalam masalah alat-alat musik"[32].

- Ibnu Qayyim rahimahullah
Beliau mengatakan: "Kecintaan
kepada Al Quran dan kecintaan kepada alunan-alunan lagu di dalam hati seorang hamba tidak akan pernah menyatu"[33].

- Muhaddits Al Albani rahimahullah Beliau rahimahullah berkata: "Para imam yang empat sepakat akan keharaman alat-alat musik seluruhnya"[34].

[27] Disebutkan oleh Ibnu AbidDunya di dalam kitab Dzammil Malahi (hal. 40-41), dan lihat: kitabSirah Umar bin Abdul Aziz karya Ibnul jauzi (hal. 296)
[28] Lihat: kitab Hasyatul Jamal (5/380), cet. Ihya Turats, Kitab Hasyiyah Ibnu 'Abidin (5/253, 4/384), Hasyiyatud Dasuqi (4/166)
[29] Disebutkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab Talbisu Iblis (hal. 244)
dengan sanad yang shahih dari Ishaq bin Isa Ath Thiba' dan ia adalah perawi yang tsiqah dari para perawi shahih Muslim [30] Lihat: Kitab Al Umm (6/209), cet. Darul Ma'rifah[31] Lihat: Kitab Asy Syarhul Kabir, karya Ibnu Qudamah (4/41)
[32] Lihat: Kitab Majmu' fatawa(11/576)
[33] Lihat: Qasidah An Nuniyah, karya Ibnul Qayyim rahimahullah
[34] Lihat: kitab As Silsilah Ash Shahihah (1/145)

 Al ghina wasy syi'r (bernyayi dan bersyair)

"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan" (Luqman: 6)

mengenai ayat ini, ibnu Abbas Radiallahu anhu berkata bahwa lagwal hadits didalamnya berarti "Nyayian". Ibnu Abbas Radiallahu anhu adalah sahabat yang mendapat doa Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam, "Ya Allah! Anugerahkanlah kefakihan kepadanya dalam agama ini dan ilmu ta'wil." ia pun digelari "Turjumanul Quran" (penafsir Al- Quran).

Ibnu Mas'ud Radiallahu anhu menerangkan bahwa lahwa hadits adalah Al-ghina (Nyayian). demi Allah yang tiada sesembahan selain Dia! Pernyataan Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam mengenai pernyataan Ibnu Mas'ud Radiallahu anhu adalah "Sesungguhnya ia adalah pen-talkin yang mudah dipahami". dalam ayat ini.

"Hasunglah siapa yang kamu sanggupi diantara mereka dengan suaramu". (Al-Isra': 64)
Ibnu Abbas mengatakan, "Suaramu" dalam ayat ini adalah segala yang membawa pada kemaksiatan. Imam Mujahid, pemimpin para ahli tafsir (murid ibnu Abbas Radiallahu anhu) menyatakan bahwa "Suaramu" artinya "Al Ghina" (nyayian) dan "Al-Bathil".

Hasan Al Basri berkata, ayat itu turun dalam masalah musik dan lagu.
Ibnu Qayyim menambahkan keterangan dari Hasan Al Basri bahwa "Suaramu" adalah duff (rebana).
Kemudian ayat ke tiga surat An Najm: 59-60
“Apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini dan kamu mentertawakan serta tidak menangis sedang kamu bernyayi-nyayi”
Kata ikrimah Radiallahu anhu dan Ibnu Abbas Radiallahu anhu, kata “As-Sumud” dalam akhir ayat berarti Al-ghina menurut dialek Himyar. Dia menambahkan bahwa jika mendengar Al-Quran, mereka bernyayi-nyayi, lalu turunkah ayat itu.

Dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan sahabat Abi Amir Radiallahu anhu dan Abi Malik Al-ghina Radiallahu anhu, Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam bersabda, “Akan muncul dari umatku, sekelompok orang yang menghalalkan fajr (perzinaan), sutera, khamr, dan alat-alat musik”. (fat-hul Bari, 10/51)

Nyayian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui setan untuk merusak hati dan jiwa. Kaitannya dengan hal itu, Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata, “Diantara tipu daya setan musuh Allah dan diantara jerat yang dipasangnya untuk orang yang sedikit ilmu, akal, dan agamanya adalah membuat orang terjebak ke dalamnya untuk mendengarkan kidung dan nyayian yang diiringi musik yang diharamkan. Satu hal yang mengherankan adalah sebagai manusia yang mengaku memilih konsentasi untuk ibadah justru telah menjadi nyayian, tarian, dan lagu sebagai wahana ibadah sehingga mereka meninggalkan Al-Quran”.

Ibnu Qayyim dalam kitabnya Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithan menamai nyayian seperti itu dengan sepuluh nama, yaitu lahwun (main-main), laghwun (pekerjaan sia-sia), zuur (kebathilan), muka (siulan), tasydiah (tepuk tangan), ruqyatuz-zina (jimat dalam perzinaan), pedoman syetan, penumbuh nifaq didalam hati, suara kedunguan, suara yang penuh dosa, suara syetan, atau suara seruling syetan.
Ada beberapa nyayian yang diperbolehkan, yaitu menyanyi pada Hari Raya. Hal itu berdasarkan hadits Aisyah Radiallahu anhuma “ Suatu ketika Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam masuk ke bilik Aisyah, sedang disisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata, “Di sisi saya, ada dua orang hamba sahaya yang sedang menyanyi”), lalu Abu Bakr Radiallahu anhu mencegak keduanya. Namun, Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam malah bersabda, “biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini” (Hr. Imam Bukhari).

Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan untuk menyemarakan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya pun boleh. Nabi Salaullahu 'Alaihi wasallam bersabda, “perbedaan antara yang halal dan haram adalah memukul rebana dan suara (lagu) pada saat pernikahan”. (Hr. Imam Ahmad)

Maksudnya, khusus untuk kaum wanita. Nasyid islami (nyayian Islami tanpa diiringi dengan musik) adalah nyayian yang senandungkan saat bekerja sehingga lebih membangkitkan semangat kerja, terutama jika didalamnya terdapat doa.

Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam menyandungkan syair Ibnu Rawahah dan menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersandung, “Ya, Allah! Tiada kehidupan kecuali kehidupan akhirat, ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin”. Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung lain, “Kita  telah membaiat Muhammad. Kita selamanya selalu dalam  jihad”.
Ketika menggali tanah bersama para sahabatnya, Rasul Salaullahu 'Alaihi wasallam pun besenandung dengan syair Ibnu Rawahah yang lain, “Demi Allah! Jika bukan karena Allah, tentu kita tidak mendapat petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan shalat. Turunkanlah ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan pendirian kami jika bertemu (musuh) orang musyrik yang telah mendurhakai kami. Jika mereka mengingin-kan fitnah, kami menolaknya”. Dengan suara koor dan tinggi mereka balas bersenandung, “Kami menolaknya”. (Hr. Muttafaqun’alaihi)

Nyanyian yang mengandung pengesahan Allah Subhanahu Wata’ala, kecintaan kepada Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam dengan menyebutkan sifat beliau yang terpuji, mengandung anjuran berjihad, teguh pendirian, memperbaiki akhlak, seruan saling mencintai, tolong-menolong diantara sesama, atau menyebutkan beberapa kebaikan Islam dari berbagai prinsipnya serata hal-hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat Islam adalah baik bagi agama atau akhlak mereka.

Diantara beberapa langkah yang dianjurkan, jauhi mendengar radio, telivisi, atau lainnya, apalagi berupa lagu-lagu yang tidak sesuai dengan nilai akhlak dan diiringi musik. Diantara lawan paling jitu untuk menangkal kebergantungan pada musik adalah dengan selalu mengingat Allah dan membaca Al-Quran, terutama surat Al-Baqarah. Dalam hal itu, Allah Ta’ala berfirman,
Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang yang beriman”. (Yunus: 57)
Rasulullah Salaullahu 'Alaihi wasallam bersabda, sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibaca surat Al-Baqarah” (Hr. Imam Muslim)

Membaca sirah nabawiyah (riwayat hidup Rasul Salaullahu 'Alaihi wasallam). Demikian pula sejarah hidup para sahabat beliau. Sering kita saksikan, sebagian para pengikut hawa nafsu, orang-orang yang lemah jiwa dan sedikit ilmunya manakala mendengar perkataan yang diharamkan secara berturut-turut, ia berkeluh kesah sambil berujar, “Segalanya haram. Tidak ada sesuatu pun kecuali kamu mengharamkannya. Kamu telah menyuramkan kehidupan kami. Kamu membuat gelisah hidup kami, menyempitkan dada, dan kami tidak memiliki, selain haram dan mengharamkan. “Padahal agama itu mudah dan persoalanya tidak sesempit itu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Untuk menjawab ucapan mereka, “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala menetapkan hukum menurut kehendak-Nya. Tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. Allah mahabijaksana dan Mahagetahui. Ia menghalalkan semua yang ia kehendaki dan mengharamkan semua yang dikehendaki-Nya pula. Diantara pilar kehambaan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah hendaknya kita Ridha dengan semua yang ditetapkan olehnya, pasrah dan berserah diri kepada-Nya secara total”. Wallahu a’lam.

Jumat, 17 Oktober 2014

Syahid Ummu Waraqah

Ummu Waraqah berkisah bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam hendak berangkat ke Badar dia berkata kepada Nabi :" ya Rasulallah, izinkan aku turut berperang bersamamu, semoga Allah memberiku mati syahid "
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata :" tetaplah di rumahmu karena Allah akan memberikan syahid kepadamu"
Maka ia pun dinamai dg nama syahidah, ia rajin membaca Quran dan ia berjanji kepada pelayan dan budak wanita nya bahwa mereka akan dibebaskan jika dirinya telah meninggal dunia
Namun kedua budak itu bersekongkol untuk membunuhnya, sehingga suatu malam mereka berdua membekapnya dg kain yang tebal hingga meninggal dunia
Peristiwa itu terjadi pada masa khalifah Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu maka khalifah memerintahkan keduanya di hukum dg cara di salib, jadilah mereka menjadi dua orang pertama yg di salib di Madinah
Khalifah Umar berkata :" benar lah apa yang disabdakan Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam, dahulu beliau pernah bersabda :" pergilah untuk mengunjungi sang syahid "
~ nubuwwat arrasul shallallahu alaihi wa sallam syaikh musthafa muhammad abul mu'athi~










ada yg bertanya. adakah hukuman dalam islam salib ?
Menyalib berlaku dalam Islam.
Dalilnya:

إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذَٰلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
(QS: Al-Maidah Ayat: 33)
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ ۖ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS: Al-Maidah Ayat: 34)

Selasa, 14 Oktober 2014

Enam Perusak Ukhuwah

Satu hal yang harus diingat bahwa, ketika ukhuwah islamiyah hendak diperkokoh atau malah sudah kokoh, ada saja upaya orang-orang yang tidak suka terhadap persaudaraan kaum muslimin, mereka berusaha untuk merusak hubungan diantara sesama kaum muslimin dengan menyebarkan fitnah dan berbagai berita bohong.
Mengingat kedudukan ukhuwah islamiyah yang sedemikian penting, maka memeliharanya menjadi sesuatu yang amat ditekankan. Disamping harus mengecek kebenaran suatu berita buruk yang menyangkut saudara kita yang muslim.
Ada beberapa hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah bisa tetap terpelihara, Allah Swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokan wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS 49:11-12).
Dari ayat di atas, ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara:
PERTAMA, Memperolok-olokan, baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan. Manakala kita tidak suka diolok-olok, maka janganlah kita memperolok-olok, apalagi belum tentu orang yang kita olok-olok itu lebih buruk dari diri kita.
KEDUA, Mencaci atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, apalagi bila kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar. Manusia yang suka menghina berarti merendahkan orang lain, dan iapun akan jatuh martabatnya.
KETIGA, Memanggil orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan keadaan fisiknya itu. Orang yang pendek tidak mesti kita panggil si pendek, orang yang badannya gemuk tidak harus kita panggil dengan si gembrot, begitulah seterusnya karena panggilan-panggilan seperti itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Memanggil orang dengan gelar sifat yang buruk juga tidak dibolehkan meskipun sifat itu memang dimilikinya, misalnya karena si A sering berbohong, maka dipanggillah ia dengan si pembohong, padahal sekarang sifatnya justeru sudah jujur tapi gelar si pembohong tetap melekat pada dirinya. Karenanya jangan dipanggil seseorang dengan gelar-gelar yang buruk.
KEEMPAT, Berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenimatan atau keberhasilan. Sikap seperti harus dicegah karena akan menimbulkan sikap-sikap buruk lainnya yang bisa merusak ukhuwah islamiyah.
KELIMA, Mencari-cari kesalahan orang lain, hal ini karena memang tidak ada perlunya bagi kita, mencari kesalahan diri sendiri lebih baik untuk kita lakukan agar kita bisa memperbaiki diri sendiri.
KEENAM, Bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang. Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka bila hal itu diketahui orang lain, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ketika ukhuwah islamiyah kita dambakan perwujudannya, maka segala yang bisa merusaknya harus kita hindari. Bila ukhuwah sudah terwujud, yang bisa merasakan manfaatnya bukan hanya sesama kaum muslimin, tapi juga umat manusia dan alam semesta, karena Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Karenanya mewujudkan ukhuwah Islamiyah merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan ini. (sumber : eramuslim.com)

JANDA MUJAHIDIN SURIAH JADI REBUTAN PRIA ARAB

Renungan bagi yang sudah menikah dan motivasi buat yang belum nikah......
Inspiring banget...
Dapet pesan dari WhatsApp. Ketika menbacanya menjadi terhenyuk, sembilu. Ampe malu sendiri. Mungkin karna ini di tulis dengan penuh kehayatan. Juga ternyata ini di tulis wawancara langsung dengan mereka yang ada disana.
Apalagi ada kata-kata “Hafal Quran”. Wah, jadi tambah malu karena belum apa diri ini.
Yok di simak.

Biasanya pasangan pengantin baru akan melalui hari-harinya dengan penuh keindahan dan kesenangan, serta tidak sedikit dari mereka yang pergi ke tempat rekreasi untuk berbulan madu.
Hal itu tidak berlaku bagi pengantin baru di Suriah. Tidak ada kata bersantai-santai atau bercumbu mesra seharian dengan pasangan, tetapi sang istri harus menyiapkan peralatan perang untuk suaminya, inilah kurang lebih yang diceritakan Fathi At-Tamimi, relawan Indonesia untuk Suriah yang saat ini berada di Turki dalam status Facebooknya pada Rabu (22/08).
Dia menuturkan, Perempuan 20 tahun hafal Al-Qur'an itu dengan berlinang airmata menjahit sendiri baju tempur suaminya yang baru dinikahi dua mınggu saat pertempuran pertama memanggil para patriot membela agama Kemudian mengenakannya pada suatu malam yang diisi satu doa dibaca agak keras berulang-ulang saat sujud panjang.
“Bila suamiku adalah milik para Bidadari-Mu, Jangan kembalikan ia padaku,
Bariskan sebanyak mungkin mereka di pintu langit untuk menjemputnya.
Tapi bila berjodoh sampai lama, Jangan Engkau biarkan sebuah lubangpun pada pakaian ini.
Aku akan bergembira apapun keputusan-Mu
Dan jadikanlah ia pendampingku di dunia dan di Surga.”
Sang suami yang mengintip adegan tersebut lalu bertempur bagai singa luka, tiga tank dirusak sendirian, Maju paling depan kembali paling belakang, Belum pernah punggungnya dilihat musuh, Melegenda dıantara kawan lawan, dibakar doa dan kepasrahan istri tercinta.
Disaat yang sama, istrınya bekerja keras membantu korban-korban perang, menghibur mereka, menjamin sandang pangan papan, merawat luka, mendoakan pejuang, menjadi pemimpin grup relawan terdiri dari keluarga mujahidin atau yang ditinggalkan.
Ketika akhirnya Bidadari Surga menjemput suaminya di pintu langit, Para komandan grup seluruh Suriah bahkan yang bermarkas di gunung-gunung datang atau mengirim utusan berbela sungkawa
“Suamimu, Abu Umar, Adalah pahlawan dan kebanggaan kami, Semoga akan banyak laınnya di negeri ini.”
Ketika banyak orang kaya di negara-negara Arab mendengar kisah beliau, Mereka berlomba melamarnya, Tapi beliau enggan dan membaktikan hıdupnya demi rakyat, berjanjı tıdak akan menikah lagi hingga Suriah bebas dari rezim Syi'ah.
Perempuan itu namanya perlahan mulai berkibar, Jadi contoh ketabahan gadis-gadis lain dan sekarang dijulukı Oummus Suuri, Ibunya Suriah. Namanya Ahlam Al-A'ini darı Homs.
Kisah ini dicerıtakan langsung oleh salah satu korban perang yang sempat dırawat oleh beliau di RS. lapangan di Homs dan sekarang berada di kamp pengungsian di Turki.

 ISTAMBUL (gemaislam.com) -